KONSEP DASAR DAN ASKEP HIPERTENSI
PADA KEHAMILAN
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan
salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi
dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya
mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang
timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah
tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat periksa hamil)
lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil.
Diagnosis
hipertensi gestasional adalah ditegakkan bila hipertensi tanpa proteinuria
pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau dalam waktu 48 –
72 jam pasca persalinan dan hilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.
Sehubungan dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit diterangkan sebab-sebabnya dalam kehamilan,maka toxemia gravidarum disebut prequency induced hypertension (PIH). Namun demikian istilah PIH masih mengandung aspek kenaikan tekanan darah, sehingga terminologi diubah menjadi hipertensi gestasional (gestasional hipertension).
Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO :
1. Tekanan sistol 140 mmHg atau tekanan diastol 90 mmHg.
2. Kenaikan tekanan sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.
Sehubungan dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit diterangkan sebab-sebabnya dalam kehamilan,maka toxemia gravidarum disebut prequency induced hypertension (PIH). Namun demikian istilah PIH masih mengandung aspek kenaikan tekanan darah, sehingga terminologi diubah menjadi hipertensi gestasional (gestasional hipertension).
Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO :
1. Tekanan sistol 140 mmHg atau tekanan diastol 90 mmHg.
2. Kenaikan tekanan sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
B. TERMINOLOGI
Terminologi yang dapat dipakai adalah :
Hipertensi
dalam kehamilan, atau
Preeklampsia-eklampsia
C. ETIOLOGI
Penyebab Hipertensi Gestional
Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas, tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction dimana “Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidakdapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil,”
Akibat Hipertensi Gestasional
Menurut Prof DR H Mohamammad Anwar Mmed Sc SpOG, hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin :
Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas, tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction dimana “Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidakdapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil,”
Akibat Hipertensi Gestasional
Menurut Prof DR H Mohamammad Anwar Mmed Sc SpOG, hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin :
1. Efek kerusakan yang terjadi pada
pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem vascularasi darah,sehingga
mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin.
Hal ini bisa menyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin
yang lambat dalam rahim.
2. Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat
mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
3. Hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air
seni janin sebelum lahir. Padahal,air seni janin merupakan cairan penting untuk
pembentukan amnion,sehingga dapat terjadi oligohydromnion (sedikitnya jumlah
air ketuban).
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi
yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High Blood
Pressure Edukation Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy
tahun 2001 ialah :
1. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan
2. Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia
Eklampsia adalah apabila ditemukan
kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan
superimposed preeklampsia
adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia
atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional
Hipertensi
gestasional adalah hipetensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC
VII (2003)
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80 Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89 Hipertensi stadium I 140 – 159 90 – 99 Hipertensi stadium II >= 160 >= 100
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80 Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89 Hipertensi stadium I 140 – 159 90 – 99 Hipertensi stadium II >= 160 >= 100
E. FAKTOR RISIKO
Terdapat banyak faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor
risiko sebagai berikut.
1.
Primigravida
2.
Hiperplasentosis, misalnya : mola
hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hisdrops fetalis, bayi besar
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat
keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5.
Penyakitpenyakit ginjal dan
hiperensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas
F. PATOFISIOLOGI
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan
hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan
tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :
Teori kelainan vaskularisasi
plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
1. Iskemia plasenta dan
pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana
dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta
mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas
adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron yang
tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran
sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia
adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan
tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam
kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida
lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein
sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis,
selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
2.
Peroksida
lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah
terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan
antioksidan, missal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga
terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relative tinggi. Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat
toksis ini akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan akan merusak
membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh
peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan
terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi
peroksida lemak.
.3. Disfungsi sel endotel
Akibat
sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran
sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
Keadaan ini disebut disfungsi endotel.
Teori
intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi
penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting
agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya
reaksi inflamasi.
Teori
adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan-bahan vasopresor pada hipert ensi dalam kehamilan sudah terjadi pada
trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan
menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua
puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan.
Teori
defisiensi gizi
Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada
preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana
serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan
kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan
bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia.
Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan
fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah
debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih
dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana
ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris
apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas
plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada kehamilan normal.
Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik
inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipertensi gestasional perlu
dilakukan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai berlanjut menjadi eklamsia
yang akan menimbulkan kelainan serius pada ibu dan mengganggu kehidupan serta
kesehatan janin dalam rahim.
Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental. Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air seni), menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema. Pada prinsipnya penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental, mengobati hipertensi dan melahirkan janin dengan baik
Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental. Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air seni), menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema. Pada prinsipnya penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental, mengobati hipertensi dan melahirkan janin dengan baik
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi Prenatal Dini
Waktu pemeriksaan pranatal
dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2
minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
2. Penatalaksanaan Di Rumah Sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan
mencakup :
ü Pemeriksaan terinci diikuti oleh
pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat.
ü Berat badan saat masuk
ü Analisis untuk proteinuria saat
masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
ü Pengukuran tekanan darah dalam
posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam dan pagi hari
ü Pengukuran kreatinin plasma atau
serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang
ditentukan oleh keparahan hipertensi
ü
Evaluasi terhadap ukuran janin dan
volume cairan amnion baik secara klinis maupun USG
ü
Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat
yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi
kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin
intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya
induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah.
3. Terapi Obat Antihipertens
Pemakaian obat antihipertensi
sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada
kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah
lama menjadi perhatian.
4. Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi
Berat
Wanita dengan
hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun
terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang
berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari
aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu”
terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.
H. KIAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA HIPERTENSI GESTASIONAL
1. Turunkan Kelebihan Berat Badan
Diantara semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan orang yang kurus, orang yang gemuk (kelebihan berat badan) lebih besar peluangnya terkena hipertensi (Edward Price, M.D).
Diantara semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan orang yang kurus, orang yang gemuk (kelebihan berat badan) lebih besar peluangnya terkena hipertensi (Edward Price, M.D).
2.
Olahraga
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskuler. Gerak fisik hingga taraf tertentu dibutuhkan tubuh untuk menjaga mekanisme pengatur tekanan darah agar tetap bekerja sebagaimana mestinya. Olahraga yang disarankan untuk ibu hamil seperti senam hamil, renang, atau gerakan statis (seperti berjalan kaki).
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskuler. Gerak fisik hingga taraf tertentu dibutuhkan tubuh untuk menjaga mekanisme pengatur tekanan darah agar tetap bekerja sebagaimana mestinya. Olahraga yang disarankan untuk ibu hamil seperti senam hamil, renang, atau gerakan statis (seperti berjalan kaki).
3. Diet
1. Mengurangi asupan garam
Seperti kasus hipertensi pada umumnya, pada penderita hipertensi gestasional pengurangan asupan garam dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi garam lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram garam per hari.
Seperti kasus hipertensi pada umumnya, pada penderita hipertensi gestasional pengurangan asupan garam dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi garam lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram garam per hari.
2. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak serat atau makanan rumahan yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian natrium. Sebaiknya ibu hamil yang mengalami hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari penelitian ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram serat per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin. Serat pun mudah didapat dalam makanan, misalnya semangkuk sereal mengandung sekitar 7 gram serat.
Mengkonsumsi lebih banyak serat atau makanan rumahan yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian natrium. Sebaiknya ibu hamil yang mengalami hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari penelitian ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram serat per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin. Serat pun mudah didapat dalam makanan, misalnya semangkuk sereal mengandung sekitar 7 gram serat.
3. Memperbanyak asupan kalium
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dan senyawanya. Sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari. Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 miligram sehingga 4 butir kentang (3352 miligram) akan mendekati kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang mengandung 800 miligram kalium cukup ditambahkan tiga butir kentang. Banyak jenis buah yang juga dapat menurunkan tekanan darah salah satunya pisang merupakan sumber zat potasium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi pembekuan cairan dalam tubuh. Selain pada buah pisang potasium juga bisa ditemui pada kismis, yogurt, bit, Brussels sprout (sejenis kubis), alpukat, dan jeruk.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dan senyawanya. Sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari. Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 miligram sehingga 4 butir kentang (3352 miligram) akan mendekati kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang mengandung 800 miligram kalium cukup ditambahkan tiga butir kentang. Banyak jenis buah yang juga dapat menurunkan tekanan darah salah satunya pisang merupakan sumber zat potasium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi pembekuan cairan dalam tubuh. Selain pada buah pisang potasium juga bisa ditemui pada kismis, yogurt, bit, Brussels sprout (sejenis kubis), alpukat, dan jeruk.
4. Penuhi kebutuhan magnesium
Ditemukan antara rendahnya asupan magnesium dengan hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi.
Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, kacang polong, dan makanan laut. Kandungan asam lemak omega 3 dalam ikan dapat membantu melancarkan aliran darah dan melindungi dari efek tekanan darah tinggi serta mengurangi peradangan. Saat mengkonsumsi ikan hindari jenis ikan yang mengandung kadar merkuri tinggi seperti tuna, swordfish (ikan cucut), makarel, ikan halibut, serta kakap putih. Sebaliknya pilihlah ikan yang mengandung kadar mercuri rendah seperti ikan anchovies, ikan char, ikan flounder, ikan harring, ikan gindara, ikan salmon, dan ikan sturgeon.
Ditemukan antara rendahnya asupan magnesium dengan hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi.
Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, kacang polong, dan makanan laut. Kandungan asam lemak omega 3 dalam ikan dapat membantu melancarkan aliran darah dan melindungi dari efek tekanan darah tinggi serta mengurangi peradangan. Saat mengkonsumsi ikan hindari jenis ikan yang mengandung kadar merkuri tinggi seperti tuna, swordfish (ikan cucut), makarel, ikan halibut, serta kakap putih. Sebaliknya pilihlah ikan yang mengandung kadar mercuri rendah seperti ikan anchovies, ikan char, ikan flounder, ikan harring, ikan gindara, ikan salmon, dan ikan sturgeon.
5. Lengkapi kebutuhan kalsium
800 miligram kasium per hari (setara dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup untuk memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
800 miligram kasium per hari (setara dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup untuk memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah.
4.
Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mrngurangi ketegangan, kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat rilek otot-otot di dalam tubuh. Teknik relaksasi dapat dilakukan dalam hipnobirting, dimana dalam relaksasi ibu hamil duduk dengan tenang, pikiran fokus, tidak menatap cahaya langsung kemudian ibu hamil dibimbing untuk melakukan relaksasi pada kelompok otot-otot secara bertahap sampai keseluruh bagian tubuh.
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mrngurangi ketegangan, kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat rilek otot-otot di dalam tubuh. Teknik relaksasi dapat dilakukan dalam hipnobirting, dimana dalam relaksasi ibu hamil duduk dengan tenang, pikiran fokus, tidak menatap cahaya langsung kemudian ibu hamil dibimbing untuk melakukan relaksasi pada kelompok otot-otot secara bertahap sampai keseluruh bagian tubuh.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang perlu dikaji adalah
berupa
1.
Identitas klien
2. Keluhan Utama
Pasien dengan hipertensi pada
kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk
bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein
dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati
3. Riwayat Penyakit
Sekarang
Pada
pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan
tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ),
diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta
nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita
diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu
ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
4. Riwayat Penyakit
Dahulu
Perlu
ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi
(tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea,
ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar
bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang
menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama
seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi
5.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Perlu
ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada
hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
7. Pengkajian Sistem Tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas
sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan
obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
B2 (Blood)
Gangguan
fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan
volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin
menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor
pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi
adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan
tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3
dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi
ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan
radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat
mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan
adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka
waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah,
otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub
oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan
(diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah
cerebral
B4 (Bladder)
Riwayat
penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga
perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi.
Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis
hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan
penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum
B5 (Bowel)
Makanan/cairan
meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat
badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan
meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri
abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural
B. DIAGNOSA
Diagnosa
keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan meliputi hal-hal berikut:
- Perubahan perfusi
jaringan/organ, menurun, b.d hipertensi
- Resiko cedera tinggi pada ibu
b.d. iritabilitas SSP
- Kecemasan berhubungan dengan
ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
C. INTERVENSI
·
Perubahan perfusi jaringan b.d.
Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral, Perdarahan
·
Tujuan : tidak terjadi vasospasme
dan perfusi jaringan tidak terjadi
·
Kriteria hasil : klien akan
mengalami vasodilatasi ditandai dengan
diuresis, penurunan tekanan darah, edema
Intervensi
1. Memantau asupan oral dan ifus IV MGSO4
R
: MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga menyebabkan
peningkatan perfusi ginjal, mobilisasi cairan ekstra seluler (edema dan
dieresis)
2. Memantau urin yang kluar
R : mengetahui
jumlah urin yang keluar
3. Memantau edema yang terlihat
R :
4. Mempertahankan tirah baring total
dengan posisi miring
R
: Tirah baring menyebabkan aliran darah urtero plasenta, yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis
·
Resiko cedera tinggi pada ibu b.d.
iritabilitas SSP
·
Tujuan : gangguan SSP akan menurun
mencapai tingkat normal
·
Kriteria hasil : klien tidak
mengalami kejang
intervensi
1. Mendapatkan data-data dasar
(misal DTRs,klonus)
R : data-data dasar dugunakan
untuk memantau hasil terapi
2. Memantau pemberian IV MgSO4
dan kadar serum MgSO4
R
: MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi vasospasme
3. mengkaji adanya kemungkinan keracunan
MgSO4
R
: Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat
4. mempertahankan lingkungan yang
tenang, gelap dan nyaman
R
: Rangsangan kuat, misalnya cahaya terang dan suara keras dapat menimbulkan
kejang
·
Kecemasan berhubungan dengan ancaman
cedera pada bayi sebelum lahir
·
Tujuan: ansietas dapat teratasi
·
Kriteria hasil:
· Tampak rileks, dapat
istirahat dengan tepat
·
Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi
1. Kaji tingkat ansietas pasien.
Perhatikan tanda depresi dan pengingkaran
R : Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan
2. Dorong dan berikan kesempatan untuk
pasien atau orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah
R
: Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama untuk memberikan informasi yang
akan membantu mengatasi masalah
3. Dorong orang terdekat berpartisipasi
dalam asuhan, sesuai indikasi
R
: Keterlibatan meningkatka perasaan berbagi, manguatkan perasaan berguna,
memberikan kesempatan untuk mengakui kamampuan individu dan memperkecil rasa
takut karena ketidaktahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,
Kuspuji. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga: Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
Wiknjosastro,
Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga : Cetakan Ketujuh. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.