Sukses itu adalah pilihan.. Ia menghampiri orang-orang yang serius menginginkannya ! EvHy'eQ BuNtu....... PitPut

Cari Blog Ini

Kamis, 21 Juni 2012

ASKEP KEPERAWATAN ANAK II

| |


ASUHAN KEPERAWATAN CACAT GANDA

TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan atau disfungsi perkembangan pendengaran yang bersifat sensorineural yang diikuti oleh kerusakan perkembangan berbahasa atau komunikasi. Gangguan pendengaran pada usia berapapun dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran dengan derajat ringan sekalipun akan dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan pada kemampuan berbicara, penguasaan bahasa serta belajar.
Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Anak yang tuli memang memperkembangkan suatu bahasa serta serta anak tuli, yang lahir pada orang tua yang tuli pulah mampu melakukan komunikasi satu sama lainnya serta serta dengan para orang tua mereka dengan efektif.

Kemampuan berbicara seseorang erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Stimulus bunyi dalam perjalannya akan sampai pada pusat pendengaran yang terletak pada salah satu bagian belahan otak kiri. Informasi bunyi ini akan diteruskan kebagian lainnya dari otak yang berperan sebagai pusat bicara dan akan menghasilkan sinyal bicara. Berdasarkan sinyal bunyi ini dimulai proses produksi bunyi. Untuk menghasilkan bunyi prosesnya juga tidak sederhana karena dibutuhkan kerjasama berbagai organ tubuh dimulai dari aliran udara pernafasan yang berasal dari paru-paru, getaran pita suara (fonasi) yang dilewati aliran udara sehingga di hasilkan nada tertentu, pipa tenggorokan yang berperan sebagai tabung udara yang menimbulkan getaran pada saat dilalui udara (resonansi), penutupan langit-langit lunak agar udara tidak memasuki rongga hidung dan pengatupan bibir dengan maksud udara terkumpul di rongga mulut, yang akan membuka pada saat telah terjadi getaran pita suara. Proses ini masih diikuti dengan gerakan tertentu dari otot-otot lidah, rongga mulut dan gigi sehingga terjadi penyusupan suara kedalam bentuk kata-kata yang akan menandai karakter ujaran manusia (artikulasi). Kerja berbagai organ tubuh ini dalam waktu yang hampir bersamaan dan terkoordinasi dimungkinkan oleh gerakan berbagai otot yang berada dalam kendali otak melalui syaraf-syaraf terkait. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, sudah jelas bahwa gangguan pendengaran bilateral pada anak (terutama derajat sedang dan berat), yang terjadi didalam masa perkembangan wicara akan mengakibatkan gangguan wicara. 

*      Proses Perkembangan Bicara dan Mendengar
1.      Proses Perkembangan Mendengar Kemampuan mendengar pada manusia diperoleh melalui suatu proses tumbuh kembang sehingga dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama faktor usia. Pada bayi spektrum frekuensi suara masih terbatas dan umumnya lebih sensitif terhadap bunyi dengan nada inggi. Demikian pulah dengan reaksi yang diperlihatkan terhadap bunyi dipengaruhi oleh faaktor usia. Sampai beberapa minggu setelah setelah lahir reaksi bayi terhadap bunyi masih bersifat refleks, seperti menangis, terkejut, mengejapkan mata, membuka mata, gerakan menarik lengan kearah tubuh, dan bernapas cepat. Pada usia sekitar 4 bulan, saat otot-otot mata telah cukup kuat maka iaa akan berupaya mencari sumber bunyi dengan menggerakan bola matanya dan bila otot-otot lehernya telah kuat bayi akan mampu mencari sumber bunyi dengan menolehkan kepalanya. Reaksi terhadap bunyi juga dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sebelumnya, baik berupa hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Kekerasan bunyi (intesitas) yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon juga dipengaruhi oleh faktor usia.
Secara lebih terperinci tahap perkembangan fungsi pendengaran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 1 Perkembangan Fungsi Pendengaran Usia (bulan) Perkembangan fungsi Pendengaran Lahir
2 – 3
3 – 4
4 – 6
6 – 8
8 – 10
10 – 12
18
24
36
48
§  Berespon terhadap bunyi keras dengan refleks jejak
§  Berespon terhadap suara manusia dibandingkan dengan suara lain
§  Menjadi tenang dengan bunyi bernada rendah, seperti ninabobok atau denyut jantung.Memalingkan kepala kesamping bila bunyi dibuat setinggi telinga
§  Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke samping melihat kearah yang sama.
§  Dapat melokalisasi bunyi yg dibuat dibawah telinga, diatas telinga, akan memalingkan muka keatas atau kebawah.
§  Mulai membuat bunyi tiruan
§  Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala kearah melengkung
§  Berespon terhadap nama sendiriMelokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara diagonal dan langsung kearah bunyi.
§  Mengetahui beberapa kata dan artinya seperti tidak atau nama anggota keluarga.
§  Belajar untuk mengendalikan dan menyesuaikan respon sendiri pada bunyi.
§  Mulai mendiskriminasikan antara bunyi yang sangat berbeda, seperti mendengarkan bunyi bel pintu dan telpon. Menyaring keterampilan diskriminatif kasar
§  Mulai membedakan perbedaan yang lebih halus dalam bunyi bicara, seperti antara e dan er.
§  Mulai membedakan bunyi serupa seperti f dan th atau antara s dan f.
§  Mendengarkan menjadi lebih halus
§  Mampu untuk diuji dengan audiometer


2.      Proses Perkembangan Bicara
Ada beberapa tahap perkembangan berbicara pada seorang anak.Pada bayi baru lahir kontak dengan lingkungan telah dimulai walaau hanya berupa ekspresi wajah atau menangis. Tahap perkembangan berbicara paling awal adalah menangis (refleks vocalization), yang akan diikuti oleh tahap kedua yang berlangsung pada usia 5 – 6 bulan berupa ocehan ulang (babbling). Bunyi yang dihasilkan merupakan penggabungan konsonan atau huruf mati seperti p, m, b, g dengan huruf vokal yang diulang, misalnya: papapa, mamama, atau gagaga seperti sedang berguman. Pada usia sekitar 6 – 7 bulan, penggulangan bunyi tidak lagi bersifat refleks namun karena bayi benar-benar mendengarkannya dan menyukaianya (lailing), bunyi yang diproduksi misalnya: pa..pa, ma..ma, mi..mi dan sebagainya. Pada usia 10 bulan suara yang dihasilkan merupakan peniruan terhadap sejumlah bunyi suara sendiri atau bunyi yang didengar dari lingkungannya (echolalia). Selanjutnya pada usia 12-18 bulan telah dapat memproduksi kelompok kjata atau kalimat pendek (true speech), anak sudah memperlihatkan kemampuan pemahaman bicara dan bahasa. Anak telah dapat mengerti pembicaraan orang lain sebatas pengalaman dengar yang telah dimilikinya. Apabila pada usia ini anak tidak mampu mengoceh atau meniru pembicaraan orang lain maka perlu diwaspadai terhadap kemungkinan adanya gangguan berbicara. Secara lebih terperinci tahap perkembangan kemampuan berbicara serta berbahasa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2 Karakteristik utama perkembangan bahasa dan bicara Usia (tahun) Perkembangan bahasa normal Perkembangan bicara normal Kejelasan
1
2
3
4 – 5
5 – 6
§  Mengatakan 2 – 3 kata dengan arti.
§  Meniru bunyi-bunyi binatang.
§  Menggunakan frase 2 atau tiga kata.
§  Mempunyai perbenda-haraan kata kira-kira 300 kata.
§  Menggunakan ‘saya’, ‘aku’ dan ‘kamu.’
§  Mengatakan empat sampai lima kalimat.
§  Mempunyai 900 per-bendaharaan kata.
§  Menggunakan siapa, apa, dimana dalam bertanya.
§  Menggunakan kata majemuk & kata ganti.
§  Mempunyai 1500 sa-mpai 2100 perbenda-haraan kata.
§  Mampu menggunakan bentuk gramatik dgn benar seperti kalimat masa lampau dari kata kerja ‘kemarin.’
§  Menggunakan kalimat lengkap dengan kata benda, kata kerja, pre-disposisi, kata sifat, kata keterangan dan penghubung.
§  Mempunyai perbenda-haraan kata 3000 kata, memahami ‘jika’, ‘ka-rena’ dan ‘mengapa’
§  Mengabaikan hampir semua konsonan akhir dan beberapa konsonan awal.
§  Mengganti konsonan m, w, p, b, k, g, n, t, d, dan h dengan bunyi yang lebih sulit.
§  Menggunakan kon-sonan diatas dengan huruf hidup, tetapi secara tidak konsisten dgn banyak pengga-tian.
§  Pengabaian konsonan akhir

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

My Playlist

Diberdayakan oleh Blogger.
 
 
 
top