ASUHAN KEPERAWATAN
CACAT GANDA
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Cacat
ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan atau disfungsi perkembangan
pendengaran yang bersifat sensorineural yang diikuti oleh kerusakan perkembangan
berbahasa atau komunikasi. Gangguan pendengaran pada usia berapapun dapat
terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran dengan derajat ringan
sekalipun akan dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan pada kemampuan
berbicara, penguasaan bahasa serta belajar.
Permasalahan
yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita kehilangan
pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka untuk
mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Anak
yang tuli memang memperkembangkan suatu bahasa serta serta anak tuli, yang
lahir pada orang tua yang tuli pulah mampu melakukan komunikasi satu sama
lainnya serta serta dengan para orang tua mereka dengan efektif.
Kemampuan
berbicara seseorang erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Stimulus bunyi
dalam perjalannya akan sampai pada pusat pendengaran yang terletak pada salah
satu bagian belahan otak kiri. Informasi bunyi ini akan diteruskan kebagian
lainnya dari otak yang berperan sebagai pusat bicara dan akan menghasilkan
sinyal bicara. Berdasarkan sinyal bunyi ini dimulai proses produksi bunyi. Untuk
menghasilkan bunyi prosesnya juga tidak sederhana karena dibutuhkan kerjasama
berbagai organ tubuh dimulai dari aliran udara pernafasan yang berasal dari
paru-paru, getaran pita suara (fonasi) yang dilewati aliran udara sehingga di
hasilkan nada tertentu, pipa tenggorokan yang berperan sebagai tabung udara
yang menimbulkan getaran pada saat dilalui udara (resonansi), penutupan
langit-langit lunak agar udara tidak memasuki rongga hidung dan pengatupan
bibir dengan maksud udara terkumpul di rongga mulut, yang akan membuka pada
saat telah terjadi getaran pita suara. Proses ini masih diikuti dengan gerakan
tertentu dari otot-otot lidah, rongga mulut dan gigi sehingga terjadi
penyusupan suara kedalam bentuk kata-kata yang akan menandai karakter ujaran
manusia (artikulasi). Kerja berbagai organ tubuh ini dalam waktu yang hampir
bersamaan dan terkoordinasi dimungkinkan oleh gerakan berbagai otot yang berada
dalam kendali otak melalui syaraf-syaraf terkait. Berdasarkan keterangan
tersebut di atas, sudah jelas bahwa gangguan pendengaran bilateral pada anak
(terutama derajat sedang dan berat), yang terjadi didalam masa perkembangan
wicara akan mengakibatkan gangguan wicara.
Proses Perkembangan Bicara dan Mendengar
1. Proses
Perkembangan Mendengar Kemampuan mendengar pada manusia diperoleh melalui suatu
proses tumbuh kembang sehingga dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama faktor
usia. Pada bayi spektrum frekuensi suara masih terbatas dan umumnya lebih
sensitif terhadap bunyi dengan nada inggi. Demikian pulah dengan reaksi yang
diperlihatkan terhadap bunyi dipengaruhi oleh faaktor usia. Sampai beberapa
minggu setelah setelah lahir reaksi bayi terhadap bunyi masih bersifat refleks,
seperti menangis, terkejut, mengejapkan mata, membuka mata, gerakan menarik
lengan kearah tubuh, dan bernapas cepat. Pada usia sekitar 4 bulan, saat
otot-otot mata telah cukup kuat maka iaa akan berupaya mencari sumber bunyi
dengan menggerakan bola matanya dan bila otot-otot lehernya telah kuat bayi
akan mampu mencari sumber bunyi dengan menolehkan kepalanya. Reaksi terhadap
bunyi juga dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sebelumnya, baik berupa
hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Kekerasan bunyi
(intesitas) yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon juga dipengaruhi oleh
faktor usia.
Secara
lebih terperinci tahap perkembangan fungsi pendengaran dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel.
1 Perkembangan Fungsi Pendengaran Usia (bulan) Perkembangan fungsi Pendengaran
Lahir
2
– 3
3
– 4
4
– 6
6
– 8
8
– 10
10
– 12
18
24
36
36
48
§ Berespon
terhadap bunyi keras dengan refleks jejak
§ Berespon
terhadap suara manusia dibandingkan dengan suara lain
§ Menjadi
tenang dengan bunyi bernada rendah, seperti ninabobok atau denyut
jantung.Memalingkan kepala kesamping bila bunyi dibuat setinggi telinga
§ Melokalisasi
bunyi dengan memalingkan kepala ke samping melihat kearah yang sama.
§ Dapat
melokalisasi bunyi yg dibuat dibawah telinga, diatas telinga, akan memalingkan
muka keatas atau kebawah.
§ Mulai
membuat bunyi tiruan
§ Melokalisasi
bunyi dengan memalingkan kepala kearah melengkung
§ Berespon
terhadap nama sendiriMelokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara diagonal
dan langsung kearah bunyi.
§ Mengetahui
beberapa kata dan artinya seperti tidak atau nama anggota keluarga.
§ Belajar
untuk mengendalikan dan menyesuaikan respon sendiri pada bunyi.
§ Mulai
mendiskriminasikan antara bunyi yang sangat berbeda, seperti mendengarkan bunyi
bel pintu dan telpon. Menyaring keterampilan diskriminatif kasar
§ Mulai
membedakan perbedaan yang lebih halus dalam bunyi bicara, seperti antara e dan
er.
§ Mulai
membedakan bunyi serupa seperti f dan th atau antara s dan f.
§ Mendengarkan
menjadi lebih halus
§ Mampu
untuk diuji dengan audiometer
2. Proses
Perkembangan Bicara
Ada
beberapa tahap perkembangan berbicara pada seorang anak.Pada bayi baru lahir
kontak dengan lingkungan telah dimulai walaau hanya berupa ekspresi wajah atau
menangis. Tahap perkembangan berbicara paling awal adalah menangis (refleks
vocalization), yang akan diikuti oleh tahap kedua yang berlangsung pada usia 5
– 6 bulan berupa ocehan ulang (babbling). Bunyi yang dihasilkan merupakan
penggabungan konsonan atau huruf mati seperti p, m, b, g dengan huruf vokal
yang diulang, misalnya: papapa, mamama, atau gagaga seperti sedang berguman. Pada
usia sekitar 6 – 7 bulan, penggulangan bunyi tidak lagi bersifat refleks namun
karena bayi benar-benar mendengarkannya dan menyukaianya (lailing), bunyi yang
diproduksi misalnya: pa..pa, ma..ma, mi..mi dan sebagainya. Pada usia 10 bulan
suara yang dihasilkan merupakan peniruan terhadap sejumlah bunyi suara sendiri
atau bunyi yang didengar dari lingkungannya (echolalia). Selanjutnya pada usia
12-18 bulan telah dapat memproduksi kelompok kjata atau kalimat pendek (true
speech), anak sudah memperlihatkan kemampuan pemahaman bicara dan bahasa. Anak
telah dapat mengerti pembicaraan orang lain sebatas pengalaman dengar yang
telah dimilikinya. Apabila pada usia ini anak tidak mampu mengoceh atau meniru
pembicaraan orang lain maka perlu diwaspadai terhadap kemungkinan adanya
gangguan berbicara. Secara lebih terperinci tahap perkembangan kemampuan
berbicara serta berbahasa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel.
2 Karakteristik utama perkembangan bahasa dan bicara Usia (tahun) Perkembangan
bahasa normal Perkembangan bicara normal Kejelasan
1
2
3
4
– 5
5
– 6
§ Mengatakan
2 – 3 kata dengan arti.
§ Meniru
bunyi-bunyi binatang.
§ Menggunakan
frase 2 atau tiga kata.
§ Mempunyai
perbenda-haraan kata kira-kira 300 kata.
§ Menggunakan
‘saya’, ‘aku’ dan ‘kamu.’
§ Mengatakan
empat sampai lima kalimat.
§ Mempunyai
900 per-bendaharaan kata.
§ Menggunakan
siapa, apa, dimana dalam bertanya.
§ Menggunakan
kata majemuk & kata ganti.
§ Mempunyai
1500 sa-mpai 2100 perbenda-haraan kata.
§ Mampu
menggunakan bentuk gramatik dgn benar seperti kalimat masa lampau dari kata
kerja ‘kemarin.’
§ Menggunakan
kalimat lengkap dengan kata benda, kata kerja, pre-disposisi, kata sifat, kata
keterangan dan penghubung.
§ Mempunyai
perbenda-haraan kata 3000 kata, memahami ‘jika’, ‘ka-rena’ dan ‘mengapa’
§ Mengabaikan
hampir semua konsonan akhir dan beberapa konsonan awal.
§ Mengganti
konsonan m, w, p, b, k, g, n, t, d, dan h dengan bunyi yang lebih sulit.
§ Menggunakan
kon-sonan diatas dengan huruf hidup, tetapi secara tidak konsisten dgn banyak
pengga-tian.
§ Pengabaian
konsonan akhir
0 komentar:
Posting Komentar